
Oleh: Lathief Ab
(Pengasuh Pondok Baitul Hamdi)
Pelecehan terhadap Islam di beberapa negara Eropa seperti pembakaran Qur’an terus berulang, terkini oleh Rasmus Paludan, politisi Swedia. Dia janji akan membakar Qur’an setiap jum’at, hari utama dan hari raya bagi umat Islam. Dia pun akan melakukannya di negeri Denmark. Juga di waktu bersamaan tokoh anti Islam Belanda, Edwin Wagensveld melakukan aksi penyobekan, penginjakan dan pembakaran Qur’an.
Pelecehan terhadap Islam di negara sekular Barat seperti pembakaran Qur’an di Sewedia dan Belanda itu bukan hal pertama. Sebelumnya tahun 2015 di Perancis, Publikasi kartun yang menghina Nabi Muhammad oleh majalah Charlie Hebdo, dan mereka terbitkan ulang tahun 2020 telah membakar kemarahan dunia Islam. Juga Film Fitna, 2008 bernarasi anti Al-Quran bikinan politikus sayap ultra kanan Geert Wilders Belanda.
Mengapa pelecehan oleh mereka terus berulang hingga hari ininbahkan mungkin akan terus dilakukan?!
Pertama hal ini menunjukan keburukan demokrasi yang mereka anut dan mereka agungkan. Kebebasan (liberty) berpendapat sebagai inti dari demokrasi telah melecehkan agama sebagai keyakinan yang suci. Kedua bentuk kekalahan intelektual Barat berhadapan dengan Islam. Antusiasme terhadap Islam tidak bisa dibendung menyebabkan pesatnya perkembangan Islam di Eropa. Hal ini memunculkan sikap pandir mereka dengan melakukan pelecehan dan fitnah terhadap Islam sebagai ekspresi dari propaganda Islamphobia. Ketiga sebagi akibat dari kondisi dunia Islam yang tidak memiliki kekuatan politik secara internasional yang dihargai dan ditakuti mereka.
Berkaca pada sejarah,Yahudi Bani qunaiqo telah melecehkan seorang perempuan Muslimah saat berbelanja di pasar Bani Qainuqo. Orang-orang Yahudi tersebut memaksanya agar perempuan itu menyingkap jilbabnya. Kejadian tersebut menyebabkan mereka dikepung 15 hari 15 malam oleh Rasulullah bersama kaum Muslimin. Selanjutnya mereka semua diusir dari madinah.
Pada tahun 837, al-Mu’tasim Billah menyahut seruan seorang muslimah dari Bani Hasyim yang dilecehkan dan diganggu oleh tentara Romawi. Ia mengirimkan pasukan tentara yang barisannya tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), karena besarnya pasukan. Kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi.
Pada akhir 1800-an, Sultan Abdulhamid II mengancam akan menyerukan Jihad jika Perancis dan Inggris melanjutkan teater yang bernarasi penghinaan kepada Nabi Muhammad SAW, besutan seniman bernama Marquis de Bouine yang merupakan salah satu anggota The Académie Française. Perancis dan Ingris memutuskan untuk membatalkan acara derama tersebut. Bahkan para pemainnya diasingkan. Karena mereka tahu apa yang diucapkan khalifah agung itu pasti akan terwujud.
Demikian itu saat kaum muslimin memiliki wibawa dan kekuatan politik sacara internasional. Berbeda dengan saat ini, kaum muslimin menjadi objek pelecehan secara budaya, ekonomi dan politik.