
Wartawan Ronald Alexsander
Editor Nabil
Pelitasukabuminews.com – Wakil Bupati Sukabumi, H. Iyos Somantri, mengatakan, petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) asal Kabupaten Sukabumi, yang memperoleh penghargaan dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, berguna untuk pengembangan petani milenial.
Hal itu dikatakan wabup saat Rakor Akbar Penyuluh dan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), Serta Training Of Triner Pendamping Petani Milenial Provinsi Jabar. Bertempat di Gedung Sate Provinsi Jabar Jl. Diponegoro no 22 Kota Bandung. Kegiatan tersebut di inisiasi Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jawa Barat, Senin (13/2/2023).

“Diraihnya penghargaan ini, dapat dijadikan sebagai bahan untuk pengembangan petani milenial yang ada di Kabupaten Sukabumi agar bisa bergerak, dan meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya para petani,” kata Iyos.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyampaikan rasa bangganya, karena satu orang penyuluh dan satu orang POPT asal Kabupaten Sukabumi mendapatkan penghargaan.
Pada kesempatan tersebut diserahkan berbagai penghargaan kepada petugas penyuluh berprestasi diantaranya satu penyuluh pertanian Kabupaten Sukabumi atas nama Erik Mulyana,S.P yang mendapatkan Penghargaaan Penyuluh Pertanian Non ASN Inovatif sebagai juara peringkat 2 dengan katagori bidang pangan.
Sementara satu orang POPT atas nama Eqi Surya Kelana yang mendapatkan penghargaan Penghargaaan POPT Non ASN Inovatif sebagai peringkat 2 Dengan katagori Bidang POPT.
Dalam arahannya, Gubernur Jabar mengatakan saat ini Provinsi Jawa barat termasuk daerah dengan investasi tertinggi di Republik Indonesia selama 5 tahun terakhir, dengan nilai investasi mencapai angka 175 triliun.
“tahun lalu kurang lebih 1 triliun uang masuk. Artinya, ada kurang lebih 800 sampai 1000 lapangan pekerjaan, ekspor juga tertinggi, jadi ini indikator-indikator ekonomi” ungkap Gubernur.
Masih dikatakan Kang Emil, Pemprov Jabar sudah membangun pusat distribusi pangan di Purwakarta, ini pertama di Indonesia, yang mana bertujuan untuk menetralisir kenaikan harga.
“Jadi kalau sudah ada gudang yang luasnya mencapai berhektare-hektare, semua stok pangan kita kumpulkan di situ, bila terdengar ada harga naik, maka pasokan dari pusat distribusi pangan akan segera ke lokasi untuk menetralisir harga itu,” ungkap Kang Emil.