
Oleh. Ust. Lathief Ab
(Pemerhati Masalah Sosial Dan Keagamaan)
Pelitasukabuminews.com – Seorang yang beprilaku hidup boros, tidak menganggarkan pengeluaran sesuai kebutuhan, tapi mengikuti keinginan. Sesuatu yang tidak perlu dibeli, bahkan yang tidak bermanfaat sekalipun. Hanya karena gengsi, ingin diangap berkelas. Penomena ini dalam psikologi ini disebut Social climber, biar tekor asal kesohor. Parahnya jika uang yang digunakan itu hasil utang. Lebih parah lagi jika utang itu berbunga yang mesti dicicil. Gaya hidup seperti ini ada pada sebagian orang. Pasti satu saat akan jatuh mental priadinya, berantakan keluaraganya. Hal ini sering kita saksikan.
Karakter buruk diatas juga bisa terjadi pada pengelola negara. Memaksakan pembangunqn insprastruktural dengan utang agar dinggap menjadi negara maju dan modern tanpa mengukur kebutuhan dan kemampuan.Terlebih bila penguasa dan para pejabatnya hidup boros minus empati. Di negeri kita misalnya, anggaran untuk sosial lebih besar digunakan untuk seremonial; rapat, seminar dan perjalan dinas hingga menghabiskan 500T. Hidup pamer kemewahan di berbagai dinas termasuk di kepolisian, diakui oleh kapolri dan dibuat peringatan keras oleh presiden. Lagi hangat dibicarakan media, seorang anak dari pejabat Dirjen pajak eselon 1 yang terkena kasus penganiaan terhadap remaja, ia mengendarai mobil mewah, Rubicon yang harganya bisa miliaran rupiah.
Terlebih bila keborosan anggaran dan pamer kemewahan itu didapat dari uang negara, dari utang. Kabarnya utang negara hampir 8000 T, konon sama dengan setengah kekayaan negara. Lebih parah bila boros dan pamer kekayaan itu hasil dari uang haram semisal korupsi, dan yang dikorupsi itu uang negara dari utang. Demikian itu secara cepat akan mebawa pada kebangkrutan negara. Kebangkrutan yang menimpa negara Venezuela, Srilangka, Yunani dll dikarenakan budaya yang sama; utang, boros dan pamer kemewaan!
Islam sangat mengecam keras pemborosan dan mencela utang kecuali karena kebutuhan yang mendesak. “Janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan jangan (pula) engkau mengulurkannya secara berlebihan sebab nanti engkau menjadi tercela lagi menyesal.” (Al Isra ayat 29).
Lebih lagi bila utang itu berbunga karena termasuk dosa besar. “Rasulullah SAW mengutuk orang yang makan harta riba, yang memberikan riba, penulis transaksi riba dan kedua saksi transaksi riba. Mereka semuanya sama (berdosa).” (HR Muslim).
Islam mecela gaya pamer dan membangga-banggakan kekayaan, karena itu bagian dari keangkuhan.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman:18).
Sikap qana’ah, (mengukur diri), wara (mengendalikan diri), tawadlu (rendah hati) bagain di antara karakter yang mesti ada pada setiap orang, baik sebagai masyarakat maupun pejabat.