
Wartawan Ronald Alexsander
Editor Nabil
Pelitasukabuminews.com – Pemkot Sukabumi, dinobatkan kota dan kabupaten pertama di Jawa Barat yang melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) terintegrasi di level 3.
Hal itu disampaikan Inspektur Daerah Kota Sukabumi, Een Rukmini, saat mengisi acara pengendalian Indeks Efektifitas Pengendalian Korupsi (IEPK) di Hotel Horison Kecamatan Cikole, Kamis (02/03/2023).
“Tahun 2021 kita di tetapkan satu-satunya di Jawa Barat sebagai Kota Pemerintah Daerah yang menyelenggarakan SPIP terintegrasi di level 3,” kata Een.
Lalu pada tahun berikutnya tepatnya di 2022, di lakukan penilaian cepat untuk SPIP terintegrasi ini. Namun pada posisi tersebut ada peningkatan nilai walaupun masih di level yang sama, tambahnya.
Dia menambahkan, sudah 2 tahun, sebenarnya SPIP itu telah dilaksanakan secara kontinu
dan berkesinambungan tiap tahun. Guna memastikan bagaimana sistem pengendalian intern pemerintah ini bisa berjalan.

Untuk itu, Inspektorat Kota Sukabumi, menggelar Coaching Clinik, Manajemen Risiko Indeks (MRI) dan Indeks Efektifitas Pengendalian Korupsi (IEPK) bagi para pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Sukabumi.
Masih kata Een, di 2023 ini akan dilakukan lagi penilaian maturitas SPIP sehingga diperlukan persiapan-persiapan
jadi kita kembali lagi dengan menyiapkan segala sesuatunya dari perencanaan yang ada dalam
rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD), Rencana Strategis (Renstra) dan rencana kerja (Remaja)
Dilihat dari struktur dan prosesnya jelasnya, SPIP telah terintegrasi. Dimana di dalamnya juga memuat bagaimana leveling terkait dengan MRI-nya, jadi manajemen resiko Indeksnya seperti apa di Kota Sukabumi.
“Kemudian IEPK-nya seperti apa, dalam SPIP memang belum semuanya di level 3, karena MRI dan IEPK kita masih di angka di dua koma sekian hampir mendekati tiga,” jelasnya.
Dia juga menekankan bagaimana mereka menyusun, perencanaan bagaimana mereka memitigasi resiko, sehingga nanti akan muncul resiko operasional dan juga resiko di perangkat daerahnya masing -masing.
“Seperti apa, dan itu juga ditindaklanjuti bagaimana RTP-nya (rencana tindak pengendalian). Nah RTP-nya ini akan di jadikan bahan nanti mereka menyusun renstra ataupun renja,” ulasnya.
Jadi perencanaan sampai ke pencapaian itu sudah inline, kita sudah bisa mengantisipasi hal -hal yang bisa terjadi dan antisipasinya seperti apa. Inilah yang diakukan coaching clinic seperti itu.