
Oleh : Ust. Lathief Ab (Pengasuh Pondok Baitul Hamdi)
Setiap ativitas seorang muslim mesti sesuai syari’at. Oleh karenanya memahami syariat Islam menjadi wajib baginya. Agar paham syariat mestilah thalabul ilmi atau ngaji. Maka mengaji menjadi wajib bagi setiap muslim. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Mencari ilmu itu wajib atas setiap Muslim (HR Ibnu Majah).
Pengajian atau thalabul ilmi itu memiliki dua nilai sekaligus; nilai ilmu dan nilai pahala. Pertama nilai ilmu. Hanya dengan ilmu, kita bisa tahu yang haq dan yang batil. Yang benar dan yang salah. Mana yang dibolehkan, mana yang dilarang. Perbuatan apa yang akan diganjar pahala, dan mana yang diancam oleh neraka. Bukankah setiap perbuatan kita, sekecil apapun, baik dan buruk akan dibalas oleh Allah SWT? “Karena itu siapa saja yang melakukan kebaikan sekecil apapun akan melihat balasan (kebaikan)-nya dan siapapun yang melakukan keburukan sekecil apapun akan melihat balasan (keburukan)-nya”
(QS al-Zalzalah [99]: 7-8).
Sungguh sangat aneh, bila ada yang mempertanyakan urgensitas pengajian. Ingatlah, apa yang dikatakan oleh Imam Ibnu al-Jauzi: “Ketahuilah bahwa tipuan iblis yang pertama kali kepada manusia adalah dengan membuat mereka berpaling dari ilmu. Sebab sesungguhnya, ilmu adalah cahaya. Saat iblis mampu memadamkan cahaya-cahaya manusia maka iblis bakal mudah menjatuhkan mereka dalam kegelapan (kesesatan) sebagaimana yang dia kehendaki.” (Ibnu al-Jauzi, Talbiis Ibliis, hlm. 739).
Munculnya berbagai kerusakan, kemaksiatan, dan dosa terjadi di depan mata kita, karena kita miskin ilmu agama, awam terhadap halal dan haram, bodoh terhadap aturan Islam.
Kurang contoh apalagi bahwa umat ini kian jauh dari agama. Narkoba, seks bebas, LGBT, korupsi, manipulasi, hanyalah dampak kecil karena kita jauh bodoh terhadap agama.
Kedua. Mengahdiri majlis pengajian akan mendapat nilai pahala yang begitu besar. Bagi mereka yang berilmu, Allah SWT memberikan derajat tinggi di dunia dan di akhirat. “Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan mereka yang diberi ilmu beberapa derajat (QS al-Mujadalah [58]: 11).
Allah memuliakan dengan diberi pahala fisabilillah “Siapa saja yang ke luar rumah dalam rangka meraih ilmu maka ia berada di jalan Allah (sabilillah) sampai ia kembali pulang (HR at-Tirmidzi).
Akan diberi ketanangan, rahmat, serta ampunan dan kedudukan mulia “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Sampai kapan ngaji dilakukan? Sepanjang hayat, sejak dalam buaian (minal mahdi) hingga masuk kuburan ( ilal lahdi). Karena syariat Islam begitu luas mengatur seluruh sendi kehidupan maka mengaji itu sepanjang hidup, selama kita belum paham seluruh syariat.
Karena itu, sangat penting rajin ikut pengajian atau hadir di majelis-majelis taklim. Termasuk kaum ibu. Sebab, para ibu atau para wanita calon ibu adalah pendidik generasi. Bahkan baik-buruknya generasi salah satunya bergantung pada peran ibu-ibu mereka. Meminjam kata-kata penyair Mesir, Hafizh Ibrahim: “Ibu itu madrasah (sekolah). Jika Anda mempersiapkan (dengan baik) kaum ibu, berarti Anda mempersiapkan (dengan baik) generasi keturunan yang baik.
Jangan nyinyir, jangan menyepelekan pada aktivitas pengajian. Ingat pesan Umar bin Abdul Aziz ra, “Jika engkau mampu, jadilah seorang alim (ulama). Jika engkau tidak mampu, jadilah pembelajar (murid/santri). Jika tidak engkau mampu, cintailah para ulama dan para pembelajar (murid/santri). Jika engkau pun tidak mampu, janganlah sekali-kali membenci mereka. (Ibnu Abdil Barr, Jaami Bayaan al-‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/35). []