
Oleh: Lathief Abdallah (Pemerhati Masalah Sosial Dan keagamaan)
Hari-hari ini dipertontonkan prilaku bengis dan sadis jauh dari watak kemanusiaan. Diberitakan baru-baru ini di Pelabuhanratu Sukabumi sekelompok remaja usia SMP membacok anak SD hingga tewas. Berita penganiayaan, pembacokan oleh dan antar remaja usia sekolah bukan satu dua peristiwa namun sering berulang. Sebelumnya cukup viral dan menjadi sorotan, kasus pengaiaan dengan bengis terhadap remaja hingga mengalami koma, bernama David (17) anak dari petinggi ormas Banser oleh seorang remaja Mario (20 ) anak dari seorang pejabat tinggi Dirjen Pajak. Sebelumnya lagi jauh lebih menghebohkan dan menjadi sorotan berita nasional hingga luar negeri. Peristiwa di luar nalar orang berakal. Pembantaian terhadap seorang anggota polisi oleh polisi atasannya yang berpangkat tinggi dan melibatkan banyak polisi. Kasusnya sedang disidangkan hingga hari ini.
Prilaku bengis, sadis dan kejam seperti contoh diatas jauh dari sipat manusia dan kemanusiaan. Manusia dalam bahasa arab disebut insan, dari kata anasa atau annasa yang bernakna berfikir, beradab atau lembut . Quraish Shihab dalam buku Tafsur Maudlu’inya, mengartikan kata Insan sebagai seorang yang harmonis, tampak, lemah lembut. Dalam bahasa inggris al-Insân disebut sebagai human (manusia).
Mungkin banyak faktor yang menjadikan seseorang keluar dari karakter manusiawi berubah ke watak hewan buas bahkan iblis. Hemat penulis melihat beberapa faktor saja, antara lain:
Pertama. Faktor pola asuh baik di keluaraga maupun di lembaga formal. Banyak orang tua merasa serba ada mengasihi anaknya dengan cara memenuhi segala kenginananya dan membebaskan pergaulannya. Ini akan melahirkan anak bermental serba instan tak mengenal perjuangan pahit dan prihatin, dan bisa mengikis sipat kemanusiaan. Hal yang sama terjadi bagi mereka yang tidak mampu, anak- anaknya terlantar minus pengasuhan dan pendidikan. Juga banyak orangtua menginginkan anaknya menjadi orang pintar dan ternama tapi tidak menjadi orang benar dan bertaqwa. Ini bisa dilihat outputnya dimana banyak para koruptor, menurut Prof Mahfud MD adalah lulusan perguruan tinggi. Orang-orang pintar tapi tidak benar. Disinilah pentinganya pendidiikan Islam yang berasaskan aqidah yang akan melahirkan manusia cerdas namun bertaqwa.
Kedua. Faktor prilaku sombong. Ini yang membahayakan dan merusak kemanusiaan. Di antara faktor kesombongan kata Imam Al Ghazali karena banyak harta, karena memiliki jabatan tinggi, karena keturunan, karena banyak pengikut, dsb.
Memandang orang lain rendah, dibawah telapak kakinya hingga dia akan melakukan apa saja sekehendaknya. Pemeo mengatakan, orang kaya tuh bebas, Sultan sih bebas, mau apa saja. Kasus penganiayaan dengan sadis seperti diatas lahir dari sipat sombong, merasa paling berkuasa bisa mangatur kasus memutar fakta. Merasa bapaknya kaya gaya hidup pamer kemewahan, memandang yang lain orang pinggiran. Sangat pantas orang sombong itu tak layak menjadi ahli surga. “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sekalipun sebesar biji debu “. (HR. Muslim)
Ironinya, harta yang disombongkan, dipamerkan oleh pejabat dan keluarganya itu hasil korupsi, harta negara, harta dari rakyat!
Ingat, sesombong-sombongnya Qarun yang memiliki kunci yang oleh 40 orang lelaki kuat pun tak sanggup dipikulnya, namun dia pamer harta itu dari hasil usahanya sendiri bukan dari korupsi. “innama ụtituhụ ‘ala ‘ilmin ‘indi, sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” (Al qashosh (28) ayat 78)
Ketiga. Faktor makanan haram. Sangat dimungkinkan jika prilaku anak remaja begitu rusak, kejam dan hilang rasa kemanusaiannya karena banyak asupan yang di makannya, perlengkapan yang dipakainya dari hasil usaha haram orangtuanya. Makanan sehat (thayiib) serba bergizi serba enak hanya menumbukan pisik seakan sehat. Namun makan dari yang haram akan menanamkan jiwa sakit berkarakter nerakawi. “sesungguhnya daging tubuh yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar oleh api neraka” Demikian sabd Nabi dalam riwayat Tirmidzi.
Harta itu untuk dimanfaatkan bukan untuk dipamerkan lagi disombongkan. Harta itu mesti diraih dengan halal bukan hasil curang. Harta yang halal saja akan dihisab kelak dengan berat, bagaimana dengan harta haram?.