
Oleh Ranti Nuarita, S.Sos.
Aktivis Muslimah
Pelitsukabuminews.com – Miris, mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan begitu rusaknya kehidupan generasi muda hari ini. Entah sudah berapa banyak problematika kehidupan generasi muda yang tidak kunjung usai, bahkan semakin hari informasi-informasi mengenai permasalahan yang menimpa generasi semakin parah, baik itu tersebab ulah diri mereka sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.
Terbaru mengutip dari CNN Indonesia, Jumat (03/03/2023) Seorang perempuan berinisial W (21 tahun) ditemukan tewas akibat coba-coba membuat konten candaan gantung diri dengan lilitan kain ke lehernya, di depan teman-temannya yang dihubungi melalui platform video call, di Leuwiliang Bogor. Ketika kejadian nahas tersebut terjadi teman-teman korban bergegas untuk langsung mendatangi tempat tinggal W, tetapi sayangnya nyawa korban tidak terselamatkan, sebab hari itu korban memang tengah sendirian di rumah dan tidak ada yang menduga musibah itu akan terjadi.
Memprihatinkan memang, hanya demi eksistensi generasi hari ini bahkan tidak memperhatikan keselamatan nyawa sendiri. Padahal seharusnya generasi sadar bahwa menjadikan eksistensi diri sebagai nakhoda dalam hidupnya adalah hal yang tidak dapat dibenarkan. Karena eksistensi diri tanpa adanya kompas dengan pemikiran yang benar akan melahirkan aktualisasi yang salah bahkan bisa berujung musibah seperti yang menimpa W tersebut. Menjamurnya pemikiran yang keliru pada generasi muda menjadi bukti tak terbantahkan bahwa generasi muda di hari ini memiliki taraf berpikir yang rendah.
Jika ditelisik lebih dalam ada banyak faktor yang sangat kompleks menyebabkan fenomena tersebut, baik diri sendiri, lingkungan, juga sistem yang memengaruhi pola pikir dan pola perilaku generasi muda. Belum cukup sampai di situ, kondisi ini juga diperparah dengan abainya negara terhadap masa depan juga nasib generasinya. Negara terkesan seakan-akan lepas tangan, tidak memberikan regulasi yang tegas, bahkan juga membiarkan para generasi muda terus dicekoki tayangan-tayangan yang membawa dampak buruk dan berbahaya bagi mereka.
Tentu bukan tanpa alasan negara bersikap demikian, sebab diakui ataupun tidak pada praktiknya hari ini kita ada dalam sistem sekularisme kapitalisme, sebuah sistem yang dalam penerapannya memisahkan agama dari kehidupan dan materi menjadi tujuan utama penerapan sistem ini. Sistem ini memang tidak pernah memiliki visi untuk menjadi penyelamat bagi generasi, justru sebaliknya sistem sekularisme meniscayakan lahirnya generasi yang menjalani hidup tanpa kompas syariat, krisis identitas, yang membuat mereka menjadi generasi pembebek yang mengekor pada tren dan hal-hal yang viral di media sosial. Tayangan-tayangan yang meskipun dapat membawa dampak buruk bagi generasi akan tetap dibiarkan selama dapat mendatangkan keuntungan materi atau menjadi ladang bisnis. Tidak peduli dengan standar benar atau tidak. Bahkan tidak peduli pula akibat buruk yang bisa mengancam generasi.
Berbeda dengan Islam. Islam sebagai sebuah din yang datang dari Sang Khalik sangat menjaga masa depan generasi. Potret generasi muda dalam naungan sistem Islam sangat berbeda dengan potet buram generasi dalam naungan sistem sekularisme kapitalisme.
Generasi muda dalam sistem Islam memahami bahwa tujuan hidup yang hakiki itu bukan sekadar membuat sensasi, mengejar eksistensi diri, dan viral di media sosial. Karena seorang generasi muslim memahami tujuan hidup di dunia ini sejatinya untuk meraih rida Allah Swt. mengikhtiarkannya dengan beribadah kepada-Nya dan terus memupuk ketaatan juga ketakwaan. Pemahaman yang benar akan identitas dirinya sebagai hamba Allah menjadikannya tidak akan melakukan sesuatu yang dapat merugikan dirinya sendiri, apalagi mengancam nyawanya.
Generasi muda dengan pemahaman seperti itu tentunya hanya bisa diwujudkan di dalam negara yang menerapkan sistem Islam secara paripurna. Karena negara dengan sistem Islam tidak akan abai dengan generasinya, dalam hal ini negara akan bertanggung jawab memberikan pendidikan bagi rakyatnya secara gratis, negara pun akan menjamin setiap rakyatnya mendapatkan pendidikan terbaik sampai generasinya benar-benar dapat berpikir cerdas, cemerlang, dengan memaksimalkan potensi akal tetapi tetap dalam koridor syariat Islam, di mana setiap individu di dalam negara akan dikuatkan akidahnya, baru setelah itu akan diberikan ilmu-ilmu Islam lainnya, yang dapat terus menumbuhkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah Swt.
Negara yang menerapkan sistem Islam secara paripurna juga akan membuat kebijakan atau regulasi untuk mengatur tayangan-tayangan medianya, konten-konten yang ada dan ditayangkan kepada rakyatnya hanya konten-konten yang dapat berdampak positif, tidak merusak akal, dan bermanfaat untuk rakyat juga kemajuan bangsa, serta memastikan baik tayangan ataupun konten itu tetap harus sesuai syariat Islam.
Sungguh hanya sistem Islam, yang dapat menjauhkan generasi dari virus membebek dan kebarat-baratan. Maka sudah saatnya kaum muslim aktif terus menyuarakan juga berusaha untuk mewujudkan agar sistem Islam bisa tegak kembali dan menjadi solusi untuk seluruh problematika kehidupan di muka bumi.
Wallahualam bissawab.