
Oleh. Lathief Ab (Pengasuh Pondok Baitul hamdi)
Pelitasukabuminews.com – Mudik bermakna kembali dari perantauan. Secara bahasa, mudik dari kata udik bermakna kampung halaman. Orang udik bermakna orang kampung lawan kata dari kota. Udik juga bermakna hulu sungai, pusat air mengalir. Secara umum, orang mudik karena merindui asal kampung kelahiran, orang tua dan sanak saudara.
Mudik terbesar biasanya terjadi karena lebaran (Hari Raya Idul Fitri). Orang mudik pasti mempersiapkan bekal atau oleh-oleh, kendaraan, membawa peta atau google map, agar tidak tersesat di jalan. Maka kita saksikan jutaan orang mudik membawa bekal menaiki berbagai kendaraan. Mereka rela burjubel, macet dan antrian. Semua dilakukan karena kangen kampung halaman, rindu pada leluhur dan handai taulan.
Mudik diatas hanyalah sementara, mereka akan balik kembali ke tempat semula. Sesunggunya semua manusia akan mudik besar-besaran. Mudik yang tak akan pernah kembali. Yaitu mudik dari kampung dunia menuju kampung akhirat. “Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ma’idah: 105)
Dunia sendiri adalah tempat merantau sementara. Hanya numpang lewat saja, kata nabi. Manusia dibatasi oleh kematian dan alam semesta dibatasi oleh kiamat. “Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al-Baqarah: 36).
Kita pasti mudik besar-besaran. Mudik ke akhirat tepatnya ke kampung halaman bernama jannah(surga). Dimana asal nenek moyang kita, Adam dan Hawa tinggal disana “Dan Kami berfirman : Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu.” (QS. Al-Baqarah : 35)
Dunia ini hanya bagian perantauan untuk mengumpulkan bekal menuju akhirat. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Q.S. Al-Qashshash: 77)
Hanya saja perbekalan yang kita kumpulkan bukanlah sejumlah rekening, uang, mobil, makanan, pakaian, emas permata. Semua itu akan ditinggal dan akan lenyap, semua hanya kesenangan senda gurau di dunia semata. “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (Q.S. Al-Ankabut: 64).