
Wartawan Ronald Alexsander
Editor Iyus Firdaus
Pelitasukabuminews.com – Dinas Tenaga Kerja Kota Sukabumi menggandeng Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menggelar Sosialisasi Perlindungan Migran Indonesia (PMI). Hadir utusan dari Kementerian Luar Negeri dan Disnaker Provinsi Jawa Barat.
Bertempat di Hotel Fresh, Rabu (12/7/2023), Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Sukabumi, Abdul Rachman, mengatakan, akan menjadikan setiap kelurahan sebagai ujung tombak pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) atau lebih dikenal dengan istilah trafficking.
“Kita undang semua yang terkait, ada Kemenlu, BP2MI dan Disnaker Jabar. Ada pun ujung tombak pemerintah berada di kelurahan. Dimana di sana ada unsur LPM dan unsur aparatnya. Kita ajak, supaya sama-sama kita mensosialisasikan bahaya trafficking,” ujarnya.

Dia menambahkan, kegiatan sosialisasi ini berangkat dari pengaduan dari masyarakat tentang TPPO. Setelah itu, pihaknya berkoordinasi dengan Kemenlu, BP2MI dan Disnaker Jabar.
“Kondisi ini membutuhkan penanganan yang serius dan melibatkan seluruh pihak terkait. Karena tidak hanya sebatas koordinasi saja tapi aduan ini harus ditindaklanjuti dalam langkah nyata dan seirama,” tegasnya.
Dia berharap dengan sosialisasi ini, para peserta memahami prosedur yang benar mengenai pengiriman pekerja migran Indonesia ke luar negeri.
Rachman menuturkan, terselenggaranya kegiatan sosialisasi pencegahan trafficking ini, tidak terlepas dari dukungan anggaran BP2MI dan partisipasi Hotel Fresh selaku pemilik lokasi acara.
Kepala BP2MI Jawa Barat Kombes Mulia Nugraha, mengungkapkan, pemerintah daerah dan aparatur desa serta kelurahan juga bisa memberdayakan masyarakatnya terkait hal itu.
“Kita terus menggali potensi yang ada di wilayahnya masing-masing, sehingga mungkin tidak tergiur untuk bisa kerja di luar negeri, terutama yang non kompetensi mereka bisa berangkat dengan non prosedural,” tandasnya.
Kombes Mulia lebih mendukung dilakukan pemberdayaan akan potensi-potensi yang ada di wilayah desanya ketimbang harus bekerja ke luar negeri tapi dengan cara non prosedural.
Dia mencontohkan, kaum perempuan di berikan pelatihan-pelatihan wirausaha seperti membuat kue, kerajinan tangan dan usaha lain yang sesuai dengan bidang dan keterampilannya.
“Salah satu yang menjadi faktor mereka berangkat ke luar negeri adalah faktor ekonomi dan kurangnya lahan pekerjaan. Kalau yang sudah kerjasama dengan kita ada Jerman, Korea Selatan sama Jepang,” terangnya.