
Oleh Ranti Nuarita, S. Sos.
Aktivis Muslimah
Pelitasukabuminews.com – Misteri kematian ibu dan anak yang tinggal kerangka di Cinere, Depok Jawa Barat menyisakan tanda tanya besar. Sebenarnya apa penyebab kematian mereka dan mengapa sampai-sampai tetangga tidak mengetahui kondisi mereka sebelum kematiannya? Sebegitu individualiskah masyarakat modern saat ini?
Mengutip dari Megapotitan.kompas.com, Jumat (08/09/2023) Diketahui telah ditemukan jasad seorang ibu berinisial GAH (68) dan anak laki-lakinya berinisial DAW (38) keduanya ditemukan dalam keadaan telah membusuk di kediaman mereka, tepatnya di Perumahan Bukit Cinere, Depok.
Sungguh sangat tragis, kejadian ini terungkap setelah jasad mereka sudah membusuk. Padahal menurut informasi dari warga keluarga GAH meski sudah cukup lama bermukim di perumahan tersebut bahkan termasuk ke dalam orang-orang yang awal-awal menempati wilayah perumahan, sayangnya meski begitu nyatanya tak membuat kehidupan bertetangga menjadi kian hidup. Bukan tanpa alasan, tetapi inilah akibat pola hubungan tetangga di perumahan-perumahan modern yang cenderung individualistis, yang akhirnya melahirkan kepedulian sosial minimalis.
Perlu diketahui cara pandang tersebut akibat dari paham sekularisme kapitalisme yang sebuah sistem yang diakui atau mendominasi negara hari, di mana sistem ini merupakan sitem rusak dan juga merusak. Sekularisme menjadikan aturan agama tidak boleh mengatur kehidupan, tidak terkecuali dalam kehidupan bermasyarakat. Sementara itu kapitalisme menganggap masyarakat hanyalah kumpulan individu. Maka, apabila kebutuhan individu sudah terpenuhi akan lahirlah kebahagiaan serta kesejahteraan hidup. Intinya titik fokus dari sistem ini hanya sekadar memenuhi kebutuhan individu saja bukan masyarakat. Karena itu negara pun bekerja untuk kepentingan individu. Pada akhirnya kehidupan yang menjauhkan dari agama menghasilkan masyarakat yang miskin iman dan kepedulian akan sesama.
Belum cukup sampai di situ, sikap individualistis masyarakat ini pun seakan-akan semakin dikukuhkan oleh negara dengan membolehkan model pembangunan perumahan yang bercorak kapitalistis. Termasuk di dalamnya rancangan smart city yang mengedepankan teknologi. Kecanggihan semacam ini tentu akan berdampak pada masyarakat, menjadikan mereka anti sosial dan lebih buruknya adalah minim kepedulian terhadap tetangga.
Berbanding terbalik dengan konsep bertetangga juga bermasyarakat dalam Islam. Perlu diketahui bahwa Islam memandang hubungan sosial individu dengan masyarakat bukan hanya sekadar adanya interaksi sosial saja. Lebih jauh, Syaikh Taqiyyudin An-Nabhani di dalam kitab nizhamul Islam, mendefinisikan masyarakat adalah sekumpulan orang yang memiliki pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama, di dalamnya juga terjadi interaksi sosial yang diikat oleh aturan Islam. Interaksi ini juga tidak terbatas bagi sesama muslim saja, melainkan juga dengan tetangga nonmuslim.
Islam mengatur hubungan bertetangga dengan sangat luar biasa, termasuk di dalamnya adab bertetangga. Islam tidak akan membiarkan masyarakatnya bersifat memiliki sifat individualistis, sebab Islam sangat menganjurkan setiap individu untuk menjalin hubungan baik dengan tetangga, dan hal ini sejalan atau berkaitan dengan keimanan.
Hal tersebut merupakan bentuk perwujudan dari hadis Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.”
Dalam hadis riwayat Imam Muslim lainnya, dari Abu Dzar r.a Rasulullah Saw. bersabda, “Jika engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetangga-tetanggamu.”
Kedua hadis tersebut dengan tegas menganjurkan umat Islam tidak hanya sekadar memuliakan, tetapi juga berbuat baik terhadap tetangga. Karena yang demikian itu merupakan salah satu syariat Islam yang harus diamalkan oleh umat.
Tidak hanya itu, Islam pun mengajarkan adab bertetangga. Seperti kewajiban untuk mengetuk pintu sebanyak tiga kali jika bertamu ke rumah tetangga, memberi salam, tidak mengintip ke dalam rumah jika tuan rumah belum membukakan pintu, dan lain sebagainya.
Allah Swt. berfirman dalam QS. An-Nur:27–28 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Demikian itu, lebih baik bagimu agar kamu mengambil pelajaran. Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, janganlah masuk sebelum mendapat izin. Jika dikatakan kepadamu, “Kembalilah,” (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Sungguh sejatinya sistem sekularisme kapitalisme telah merusak tatanan bermasyarakat sudah saatnya umat meruntuhkan sistem rusak dan merusak tersebut. Hanya sistem IsIam satu-satunya sistem dari Allah Swt. Sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur yang meniscayakan potret masyarakat yang peduli terhadap sesama juga tetangga, dan menjadi solusi dari segala masalah kehidupan, maka menjadi tugas kita untuk menegakkannya kembali agar rahmatan lil alamin dapat tercipta di muka bumi.
Wallahualam bissawab.