
Oleh : Ust. Lathief Abdallah Pengasuh Pondok Baitul Hamdi.
Pelitasukabuminews.com – Palestina adalah bagian dari negeri Syam. Syam tak bisa dipisahkan dari ajaran Islam. Syam saat ini terdiri atas Suriah, Yordania, Libanon dan Palestina, temasuk yang diduduki entitas Yahudi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan banyak pujian pada negeri Syam. Di antaranya: “Keberuntungan bagi penduduk Syam,” Kami bertanya, “Karena apa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena para malaikat membentangkan sayap-sayapnya kepada mereka (penduduk Syam).” (HR at-Tirmidzi).
Syam juga adalah negeri para nabi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Para nabi tinggal di Syam. Tidak ada sejengkal pun Kota Baitul Maqdis kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR at-Tirmidzi).
Di Palestina sendiri, sebagai bagian dari negeri Syam, juga terdapat Masjid al-Aqsha. Inilah kiblat pertama kaum Muslim dan tempat singgah perjalanan Isra Mi’raj. Wilayah di sekitarnya juga tempat yang Allah berkahi. “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya.( QS al-Isra’ [17]: 1).
Siapa yang shalat di Masjidil Aqsha, akan mendapatkan pahala seribu kali shalat di tempat lain. Inilah tempat suci milik umat Islam, selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, “Tidaklah ditekankan untuk bersafar kecuali untuk mengunjungi tiga masjid, Masjidilharam, Masjid Rasul ﷺ dan Masjidilaqsha”. (Muttafaq ‘Alaihi)
Perlu diketahui, Palestina adalah tanah air kaum Muslim dan telah berabad-abad menjadi bagian dari wilayah Islam. Kaum Muslim pun terikat dengan Palestina serta Yerusalem karena dua alasan:
Pertama, wilayah Yerusalem telah menjadi bagian dari negeri-negeri Islam dengan status sebagai tanah kharaj sejak era Kekhilafahan Umar bin al-Khaththab ra pada tahun 637 M. Setelah peperangan yang berkecamuk selama berbulan-bulan, akhirnya Uskup Yerusalem, Sophronius, menyerahkan kunci Kota Yerusalem kepada Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. secara langsung.
Kedua, kaum Muslim terikat dengan kaum Nasrani Yerusalem untuk melindungi negeri tersebut lewat Perjanjian Umariyah. Dalam perjanjian tersebut Khilafah berkewajiban memberikan jaminan kepada kaum Nasrani baik terkait harta, jiwa dan ibadah mereka. Khilafah juga diminta untuk tidak mengizinkan orang-orang Yahudi tinggal bersama kaum Nasrani dan kaum Muslim di Yerusalem. Khalifah Umar kemudian menjamin tidak ada satu pun orang Yahudi yang lewat dan bermalam di wilayah tersebut. Perjanjian Khalifah Umar dengan kaum Nasrani Yerusalem ini mengikat kaum Muslim hari ini bahkan hingga akhir zaman.
Dengan alasan inilah, haram hukumnya mengakui keberadaan negara Yahudi penjajah di Palestina. Haram pula mengambil solusi dua negara yang diusulkan PBB dan negara-negara Barat. Semua itu hakikatnya sama dengan mengakui keberadaan kaum Yahudi penjajah di tanah kita kaum Muslim.
Lebih dari 70 tahun, saudara-saudara di Palestina berjibaku melawan kekejaman penjajahan entitas Yahudi Israil. Saat ini Zionis Israil menebar bom-bom, termasuk bom yang terlarang digunakan untuk membumihanguskan penduduk Palestina yang berada di Gaza. Mereka marah atas serangan Hamas yang luar biasa, mendadak, dan mematikan. Tentara Yahudi yang katanya paling kuat di Timur Tengah, tumbang.
Amerika pun ikut marah, dengan mengirimkan bantuan militer untuk membantu kaum Yahudi penjajah dalam rangka menumpas perlawanan kaum Muslim Palestina.
Namun sampai saat ini belum ada sama sekali bantuan militer dari negara-negara Arab dan Islam untuk membantu kaum Muslim Palestina dalam melawan kaum Yahudi penjajah. Para penguasa Arab dan Islam hanya berani mengecam. Paling banter mereka hanya menyerukan agar kedua pihak saling menghentikan serangan. Pada saat yang sama, ratusan ribu bahkan jutaan tentara mereka tetap mereka biarkan “menganggur” di barak-barak mereka.
Perlu diingat, Yahudi adalah penjajah, perampas, dan perampok tanah kaum muslimin. Tidak ada yang pantas bagi mereka kecuali diusir dari bumi Palestina. Tentu ini bisa dilakukan jika militer umat ini bergerak. Bukankah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian (TQS al-Baqarah [2]: 191).
Karena itu, sudah sepantasnya para penguasa Arab dan Muslim mengirimkan tentara mereka untuk berjihad bersama para mujahidin Palestina, mengusir kaum Yahudi penjajah dari wilayah Palestina. Sungguh ini amalan yang paling utama. Maka, tak pantas para tentara Muslim berdiam diri dan berpangku tangan.
Ketika dahulu kaum muslimin bersatu dalam satu kepemimpinan. Yahudi Zionis Israil tidak bisa menyentuh tanah Palestin. Sultan Abdul Hamid II khalifah Ustmaniyah bahkan pernah mengatakan: “Saya tidak akan menjual sejengkal tanah pun dari bumi Palestina.” Beliau katakan itu dengan tegas dan penuh keberanian pada saat menolak sogokan uang dalam jumlah sangat besar dari orang-orang Zionis Yahudi yang ingin menempati sebagian wilayah Palestina.
Apa yang terjadi di Palestina ini menyadarkan kita bahwa umat ini harus bersatu kembali. Umat ini harus memiliki pelindung dan pemimpin yang satu. Berjuang dalam satu komando. Sekat-sekat negara buatan penjajah, telah menjadikan umat ini lemah dan tercerai berai. “Imam (Khalifah) adalah perisai, di belakang dia kaum Muslim berperang dan berlindung” (HR al-Bukhari Muslim).